Minggu, 28 Oktober 2012

uji fingsi pengecap


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Lidah adalah bagian dan tubuh yang terletak di rongga mulut. Lidah ini terdiri atas otot tetapi tidak ada tulang di dalamnya. Dia mampu bergerak sendiri, tidak seperti lengan atau tungkai yang ada tulangnya. Lidah merupakan salah satu dan panca indera. Berfungsi sebagai alat untuk mengecap, dan juga untuk berbicara. Lidah ini erat sekali kaitannya dengan organ tubuh bagian dalam. Oleh karena organ bagian dalam sulit dilihat dan diperiksa dan luar, maka dengan memeriksa lidah dapat juga membantu menegakkan diagnosis yang tepat. Hal ini dimungkinkan karena energi vital berada serta bergerak pula di seluruh bagian lidah. Gerakan prima ini sesuai dengan keadaan organ di bagian dalam tubuh.
Perubahan warna, penebalan atau penipisan bagian tertentu dan lidah menunjukkan adanya kelainan atau gangguan pada organ tertentu dalam tubuh. Jika dilihat dan segi bentuk, maka ujung lidah merupakan cerminan keadaan di tubuh bagian atas. Bagian tengah dan pangkal lidah sebagai refleksi tubuh bagian yang lebih di bawahnya. Oleh sebab itu, perubahan yang terjadi pada ujung lidah pada umumnya menunjukkan adanya gangguan pada organ tubuh bagian atas, terutama di daerah dada. Makin ke belakang, pada pangkal lidah menandakan adanya gangguan pada organ.

1.2  Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan dalam makalah ini adalah bagaiman mengetahui dan memahami pemeriksaan fungsi pengecap.
Secara khusus permasalahn dalam maklah ini akan dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana pemeriksaan fungsi pengecap ?
1.3    Tujuan

Secara umum tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan fungsi pengecap.
Secara khusus, tujuan dalam makalah ini akan dirumuskan sebagai berikut :
1.      untuk mengetahui pemeriksaan fungsi pengecap



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indera Pengecap
Sel reseptor pengecap terletak dalam taste bud, yaitu kelompok sel berbentuk sferis yang tersusun seperti segmen-segmen dalam buah jeruk. Pada permukaannya, taste bud memiliki sebuah pori yang kedalamnya menjulur mikrovilisel reseptor. Taste bud mempunyai penampakan yang serupa dimanapun organ tersebut berada. Berbeda dengan sistem olfaktrius, sel reseptornya bukan neuron primer. Sebaliknya, serabut saraf aferen gustatorius berhubungan secara individual dengan sel reseptor pengecap.
Indra pengecap dimediasi oleh nervus facialis, glosofaringeus dan vagus. Sistem gustatorius terdiri atas sedikitnya lima populasi reseptor. Taste bud terletak dalam papila foliatadi sepanjang margo lateralis lingua, dalm papila fungi formis  diseluruh dorsum lingua, dalam papila sircumvalata pada bagian sambungan antara dorsum lingua dan basis lingua, dan di dalam palatum, epiglotis, laring serta esofagus. Cabang korda timpani dan nervus fasialis menerima impuls pengecap dari dari dua per tiga anterior lidah. Bagian sepertiga posterior lidah dinervasi oleh cabang lingualis nervus glosofaringeus. Serabut aferen dari palatum berjalan bersama nervus potresus superfisialis mayor ke dalam ganglian genaikulatum dan dari sana lewat nervus fasialis ke dalam batang otak. Cabang internal nervus laringeus superior yang berasal dari nervus vagus mengandung serabut saraf aferen pengecap dari pengecap dari laring yang mencangkup daerah epilotis dan esofagus.
Hubungan sentral nervus tersebut berakhir dalam batang otak pada nukleus traktus solitarius. Serabut korda timpani dan saraf pentrosal superfisialis mayor berjalan ke bagian sefalik dari nukleus. Serabut gustatorik glosofaringeal berjalan ke bagian tengah, dan serabut saraf laringeal superior berjalan ke bagiann kaudal dari nukleus. Jalur sentral traktus solitarius memantul kenuklei ke parabrakialis. Satu naik ke penyiaran gustatorik pada talamus dorsal, sinapsis dan berlanjut ke korteks insula. Juga terdapat tanda jalur langsung dari nuklei parabrakialis ke korteks. (penciuman da rasa tampaknya bersifat unik di antara sistem sensori dimana paling sedikit beberapa serabut melalui talamus). Jalur lain dari nuklei parabrakialis berjalan ke proensefalon ventral, termasuk hipotalamus lateral, substansia innominata, nukleus sentral amigdala, dan stria terminalis.
Zat yang memberika impuls pengecap (tanstan) mencapai sel reseptor lewat pori pengecap. Ada empat atau rasa, yaitu: manis, asam, asin dan pahit. Serabut saraf aferen gustatorius secara individual harus selalu responsif terhadap sejumlah zat kimia yang berlainan. Pola respon dari akson aferen gustatorik dapat di kelompokkan menjadi kelas berdasarkan stimulus kimia yang menghasilkan respon menghasilkan respom terbesar. Contohnya untuk neuron respon terbaik-sukrosa, stimulus  terbaik edua hampir selalu natrium klorida. Kenyataan bahwa serabut aferen gustatorik individual memberikan respon terhadap sejumlah besar kimia yang berbeda menimbulkan teori pola serabut menyilangdari sandi gustatorik, sedangkan analisis stimulus-terbaik menimbulkan konsep aferen yang di beri label. Ini tampaknya diberi serabut yang diberi label penting untuk menetapkan kualitas keseluruhan tetapi serabut menyilang di dalam kategori stimulus terbaik, dan mungkin diantara kategori, diperlukan untuk membedakan bahan kimia untuk kualitas. Contohnya rasa manis oleh neuron terbaik sukrosa tetapi perbedaan terbaik sukrosa dan frukosa mungkin diperlukan untuk perbandingan aktivitas relatif diantara neuron terbaik sukrosa, terbaik garam, dan terbaik kinin. Seperti dengan penciuman dan sistem sensori lainnya, intensitas tampaknya disandikan oleh kuantitas aktivitas neural. Kelompok reseptor rasa sekarang ini telah diionisasi.   


2.2 Gangguan Pengecap

Gangguan indera pengecap di sebabkan oleh keadaan yang mengganggu pencapaian tastants pada sel reseptor dalam taste bud (gangguan transportasi), yang menimbulkan cedera sel reseptor (gangguan sensorik), atau merusak serabut saraf aferen gustatorius serta lintasan saraf sentral gustatorius (gangguan neuron).
Gangguan transportasi gustatorius terjadi akibat xerostomia yang disebabkan oleh banyak hal, termasuk sinrome sjogren, intoksikasi logam berat dan kolonisasi bakteri pada pori pengecap. Milieu salivarius reseptor terbukti merupakan faktor penting untuk berbagai penyebab gangguan gustatorius.
Gangguan sensori gustatorius disebabkan oleh kelainan inflamasi dan degenerasi dalam kavum oris;oleh penggunaan sejumlah besar obat, khususnya jenis-jenis obat yang mengganggu pergantian sel seperti obat antityroid serta antineoplastik; oleh terapi radiasi pada kavum oris serta faring; infeksi virus; kelainan endokrin; neoplasma; dan proses penuaan.
Gangguan neuron gustatorius terjadi pada neuplasma, trauma dan pembedahan yang mengenai serabut saraf aferen gustatorius. Taste bud akan berdegenerasi kalau serabut saraf terpotong tetapi tetap normal apabila yang terpotong adalah serabut sensorik aferen somatosensoriknya.
Manifestasi klinik dari sudut pandang psikologis, gangguan pada indra pengecap dapat digolongkan menurut keluhan pasien atau menurut hasil pemeriksaansensorik yang obyektif seperti ageusia total (ketidakmampuan untuk mengenali rasa manis asin pahit serta masam); ageusia parsial (kemampuan untuk mengenali sebagian, tetapi tidak seluruhnya, sensasi gustatorius kualitatif); ageusia spesifik (ketidak mampuan untuk mengenali kualitas rasa pada zat tertentu); hipogausea total (penurunan sensitivitas terhadap sebagian zat pencetus rasa (tastants)); hipogausea parsial  (penurunan sensitivitas rasa terhadap pencetus rasa); dan disgeusia (kelainan atau distorsi pada persepsi suatu zat encetus  rasa atau persepsi suatu rasa padahal tidak terdapat zat pencetus rasa). Kebingungan dalam menentukan rasa masam dan pahit serung ditemukan, dan kadang-kadang dapat berupa kesalahpahaman sematik. Namun demikian, kerap kali keadaan ini memiliki dasar fisiologik atau patofisiologik.
Adalah mungkin untuk embedakan antara hilangnya pengetahuan rasa pada pasien dengan hilangnya olfaktorius yang mengeluh hilangnya rasa seperti penciuman dengan menanyakan jika merekan mampu merasakan rasa manis pada soda, rasa asin pada keripik kentang, dan lain-lain.
Pasien yang mengeluh hilangnya rasa sebaiknya dievaluasi  secara psikologis untuk fungsi gustatorius selain memiliki olfaktorius.langkah pertama adalah melakukan test rasa seluruh mulut diatas ambang untuk kualitas, intensitas, dan persepsi kenyamanan dengan sukrosa, asam sitrat, kafein, dan natrium klorida. Dalam kuantifikasi indera perasa, deteksi ambang diperoleh dengan menggunakan pencairan terhadap kuadaran lidah atau dengan isapan seluruh mulut. Akhirnya perkiraan besarnya diatas ambang mungkin digunakan untuk memperjelas keluhan pasien. Test rasa listrik (elektrogustrometri) digunakan secara klinis untuk mengidentifikasi defisit rasa padakuadran spesifik dari lidah.
2.3 Pemeriksaan Fungsi Pengecap
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1.      papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
2.      papila cirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah;
3.      papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papilla folliata pada hewan pengerat. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang.

2.3.1 Pemeriksaan Kelenjar Saliva
a.      kelenjar saliva parotis

Pemeriksaan dilakukan dari arah depan .bagaian bawah daun telinga akan terdorong keluar bila kelenjar membengkak. Lakukan palpasi pada kelenjar untuk melihat adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak. Kelenjar terletak di distal ramus asendens mandibula. Kadang tampilan kelenjar parotis yang lebih baiak diperoleh dari arah punggung pasien.




b.      Kelenjar saliva submandibula

Palpasi bimanual. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah dari satu tangan untuk pemeriksaan intraoral, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan yang laindi luar mulut. Lakukan palpasi pada kelenjar saliva submandibula di atas dan dibawah otot milohioideus. Jangan lupa untuk memeriksaa juga duktus kelenjar untuk melihat adanya batu kelenjar saliva.
2.3.2  Langkah – langkah inspeksi pemeriksaan fungsi mulut
Mulut pasien sedikit terbuka, bibirnya di inspeksi warnanya, lesi dan perdarahan. Perhatikan sudut mulut akan integritas hubungan mukosa.
1.      Mulut pasien terbuka lebar, rongga mulutnya dinilai sinar yang diarahkan kebelakang menuju tenggorokan. Perhatikan permukaan dorsal lidah , palatum, durum dan palatum molle, serta permukaan gingival medial.
2.      Gunakan spatel lidah, periksa tipa kuadran mukosa bukal dan gingiva. Perhatikan keadaan umum gigi. Apakah ada karies atau bukti lain adanya perawatan gigi yang buruk ? apakah ada permukaan mukosa yang pecah? Adakah eksudat ?
3.      Dengan cahaya yang disorotkan ke pusat, minta pasien untuk mengangkat lidahnya menuju atap mulut. Perhatikan warna dan vaskulatur permukaan bawah mulut. Amati adanya ulkus atau lapisan yang mengalami perubahan warna pada daerahini dan pada dasar mulut yang terpajan.
4.      Dengan cahaya yang disorot ke posterior, pasien diminta untuk bernapas pendek atau mengatakan“haaaat“dengan maksut untuk mengangkat platum molle dan megkontraksikan otot orofaring.
Pengamatan selanjutnya yang dilakuakan :
Ø  Saraf kranialis  X- elevasi palatum : cabang saraf vagus yang mempersarafi elevasi palatum molle. Minta pasien untuk mengucap kan kata “ hat” yang panjang dan keras; amati kesimetrisan elevasi palatum.
Ø  Saraf kranialis XII- penjularan lidah :  sepasang saraf hipoglosus memungkinkan penjularan lidah kea rah anterior pada garis tengah. Minta pasien untuk menjularkan lidahnya lurus keluar. Perhatikan adanya deviasi lateral, juga adanya tremor atau ketidaksimetrisan yang dapat terlihat.
5.      Kenakan sarung tangan. Dengan tangan yang tidak dominan, pegang lidah dengan kasa segi empat dan gerakkan lidah ke lateral untuk mengamati permukaan lateralnya.

6.       Permukaan dorsal lidah paling mudah diinspeksi dengan cara menginstruksikan pada pasien untuk menjulurkan lidah ke arah kaudal (dagu). Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memegang dengan tangan dilapisi kasa spon. Permukaan dorsal lidah dilapisi dengan papila filiform – yang seperti rambut. Tersebar diantara papilla filiform adalah papilla fungiform yang berbentuk jamur, dan tiap-tiapnya mengandung satu atau lebih kuncup rasa. Papilla circumvallata terletak pada perbatasan dua-pertiga anterior lidah dengan sepertiga posterior lidah. Papilla ini biasanya berjumlah 8-12 dan teratur pada pola bentuk V. Atropi permukaan dorsal lidah dapat disebabkan oleh beberapa hal. Defisiensi nutrisi menurut sejarah telah dikaitkan dengan atrofi permukaan dorsal lidah; manifestasi oral penyakit mukokutan juga sering menjadi penyebab yang mendasari. Selain ketidaknyamanan, kadang adanya perubahan sensasi rasa atau kehilangan persepsi rasa sama sekali.

7.      Sisi lateral lidah dapat diperiksa dengan cara menjepit lidah dengan kasa, menarik lidah dan kemudian memutarnya ke lateral. Sisi lateral lidah tidak dilapisi dengan sejumlah papila. Mukosa lateral lidah lebih eritematus dan makin ke posterior, fisur-fisur vertikal makin jelas terlihat. Sekumpulan jaringan berwarna dengan protuberansia dapat ditemukan pada dasar lidah. Jaringan limfe accesori (tonsila lingualis) adalah komponen dari cincin Waldeyer dan dapat membesar jika terjadi infeksi ataupun inflamasi.

8.      Permukaan ventral lidah paling mudah diperiksan dengan menginstruksikan pasien menyentuh langit-langit mulut dengan lidahnya. Pembuluh darah sublingual biasanya nampak jelas, terutama pada individu yang lebih tua. Plica sublingualis yang berbentuk daun pakis dapat diinspeksi dengan cara memanjangkan permukaan ventral lidah. Dasar mulut, mirip dengan mukosa bukal, berwarna pink-salmon. Muara glandula submandibular (ductus Wharton) tampak sebagai sepasang papila pada midline pada sisi lateral frenulum lingualis.

2.3.3 langkah –langkah palpasi adalah sebagai berikut :

1.      Dengan jari pemeriksa yang bersarung tangan, lidah dipalpasi untuk mengetahui adanya pembengkakan, ketidak teraturan atau nyeri tekan.
2.      Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya menuju atap mulut, dan dasar mulut secara sistematik dipalpasi untuk mengetahui adanya massa atau nyeri tekan.
3.      Jari telunjuk menyusuri sepanjang gingival dan tepi palatum, mencari adanya nyeri tekan yang sebelumnya tidak terdeteksi.

2.3.4 Tes untuk persepsi pengecapan

Siapkan beberapa larutan yang mewakili empat rasa utama  (manis, asin, asam, pahit). Larutan tersebut dapat mengandung : gula, garam meja, cuka, kina. Minta pasien untuk menjalurkan lidahnya dan pegang ujung lidah dengan menggunakan kasa steril. Teteskan larutan yang telah disiapkan tadi pada tepi lateral dua pertiga anterior lidah. Minta pasien untuk mengidentifikasi rasa yang diteteskan. Berikan pasien berkumur dengan sebentar, kemudian lanjutkan dengan larutan berikutnya.



BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan

Lidah adalah bagian dan tubuh yang terletak di rongga mulut. Lidah ini terdiri atas otot tetapi tidak ada tulang di dalamnya. Dia mampu bergerak sendiri, tidak seperti lengan atau tungkai yang ada tulangnya. Lidah merupakan salah satu dan panca indera. Berfungsi sebagai alat untuk mengecap, dan juga untuk berbicara. Lidah ini erat sekali kaitannya dengan organ tubuh bagian dalam.
Indra pengecap dimediasi oleh nervus facialis, glosofaringeus dan vagus. Sistem gustatorius terdiri atas sedikitnya lima populasi reseptor. Taste bud terletak dalam papila foliatadi sepanjang margo lateralis lingua, dalm papila fungi formis  diseluruh dorsum lingua, dalam papila sircumvalata pada bagian sambungan antara dorsum lingua dan basis lingua, dan di dalam palatum, epiglotis, laring serta esofagus.
Zat yang memberika impuls pengecap (tanstan) mencapai sel reseptor lewat pori pengecap. Ada empat atau rasa, yaitu: manis, asam, asin dan pahit. Serabut saraf aferen gustatorius secara individual harus selalu responsif terhadap sejumlah zat kimia yang berlainan. Dari beberapa fungsi tersebut ada pemeriksaan –pemeriksaan yang dapat mengetahui berfungsi atau tidak berfungsinya indera pengecap.
3.2    Saran
1.      Selalu jaga kebersihan mulut karena mulut merupakan indera yang sangat penting dalam kehidupan, mulut selain berfungsi untuk berbicara juga sebahgai indera pengecap.
2.      Jangan selalu makan makanan yang bersifat panas, karena dapat merusak indra pengecap kita.
3.      Makan makanlah yang seimbang agar mulut kita terlatih dan  dapait merasakan rasa manis,asin,masam, dan pahit dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Patricia A. Potter.1996. Pengkajian Kesehatan edisi 3. Jakarta. EGC
Stephem M Dunne. 2010. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. Jakarta. EGC
Janice L.Willims. 2005. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC
Issebalcher. 1999. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar